Sabtu, 11 Juli 2009

Prespektif Pantai

Dalam perjalalan menempuh 230km dengan pemandangan yang sangat menakjubkan ribuan hektar kebun jagung, tebu, dan sayur mayuran langit begitu biru dan cerah haripun berpesta dengan sinar matahari. Namun hari itu terasa sangat menyengat dan membosankan sehingga aku tergerak untuk menuju kepantai yang dalam perjalanan baunya terus menggoda.
Di seper-empat perjalanan aku suadah tidak dapat menahan diri untuk menuju pantai di keburuhan purworejo tepatnya. Dalam prespektif mataku ketika melihat keutara terapit oleh pegunungan sindoro-sumbing, terdapat muara sungai dengan air yang jernih menambah eloknya gairah akan pantai. Melewati jembatan yang terbuat kayu menambah variasi perjalananku yang tadinya hanya melewati jembatan-jembatan beton.
Akhirnya sampailah aku dibibir pantai yang lumayan ramai. Aku duduk di pasir yang basah beberapa pasangan dan anak-anak sedang bermain didekatku sehingga aku mencari tempat lain setelah perasaanku mulai terganggu ketika aku membaca novel mereka selalu lewat didepanku. Akhirnya aku menemukan tempat yang lebih dekat lagi dengan laut dan kusulut rokokku.
Menuju lamunan dan kahayalan aku melalui tiap menitnya pertama aku mengkhayalan bagaimana membuat sebuah lagu dengan ritme ombak tersebut, mungkin dengan music techno dan suara falsetto yang ekstrim seperti band kegemaranku siguros. Akhirnya aku tergoda sedikit membasahi kakiku ingin aku menari-nari trance di tepian pantai tapi aku aku terlalu malu untuk melakukanya.
Akhirnya sedikit aku melantunkan sven englar sedikit saja (coba kalu sepi) kemudian aku duduk dan memandang kelaut lagi hal tersebut membuatku sadar bahwa dalam prespekti mata di pantai ( walaupun itu ilusi optic) bahwa ada tiga unsur yang berbeda bertemu di pantai. Pertama adalah pertemuan langit dan laut hal ini bisa kita lihat bahwa langit yang begitu tinggi dengan materi yang lembut bisa bertemu dengan kedalaman laut yang materinya lebih kasar garis tipis terlihat memisahkan antara langit dan laut. Langit makin jauh kelihatan semakin melandai dan menyentuh laut.
Pertemuan kedua terjadi antara laut yang dalam dan materinya lebih kasar dari langit bertemu dengan tanah yang materinya lebih kasar dari laut dan dalam kedalaman laut dan ketinggian langit tanah berada di tengahnya. Hal tersebut semakin menunjukan bahwa karena cinta akan hidup perbedaan bukanlah halangan bagi langit bertemu dengan laut, bagi laut bertemu dengan tanah.
Namun demikian lautlah yang menyambungkan keduanya langit dan tanah. Lautlah sang cinta tersebut lautlah yang bisa menerima kedua unsur itu menjadi satu kesatuan. Maka manusia yang terbaik adalah manusia yang bisa menjadi laut. Memeluk tanah dengan ombaknya dan menghimpun awan untuk laut. Lautlah yang menerima angin dari langit dan memberi hujan kepada tanah. Kemudian tanah membalasnya dengan lumpur dan pasir namun langit tidak pernah mengeluh.
Teringat suku bajau yang bermukim diatas laut mungkin mereka tidak mau berpisah dalam pertemuan cinta dunia ini……………..
Mungkin laut itu seorang ibu……………..
Purwogondo,12 juli 2009

Tidak ada komentar: